SIFAT2 HATI YANG ‘BAIK’ YANG SEBENARNYA.
Bismillahirrahmanirrahim..
1. Rasa malu kepada Allah karena senantiasa merasa
diawasi oleh Allah SWT.
2. Rasa takut dan hebat pada Allah karena terasa diri
selalu berada dalam kuasa Allah, sehingga Allah bisa berbuat apa saja seperti
sakit, miskin, mati dan lain-lain.
3. Selalu merasa berdosa pada Allah, bukan hanya di depan
manusia karena ada kesalahan tersembunyi yang tidak dapat diketahui seperti
dosa-dosa hati. Sebab itu dia selalu menangis seorang diri, bukan di depan
orang, karena takut dosanya tidak terampuni.
4. Tidak menunda-nunda urusan dengan Allah karena hati
selalu merasa kedatangan maut itu bisa terjadi kapan saja.
5. Setiap kali membuat kesalahan yang kecil hatinya
merasa takut dan terhina di depan Allah, sehingga cepat-cepat meminta ampun
kepada Allah SWT.
6. Setiap kali selesai beramal, hati merasa itu adalah
karunia Allah, bukan kemampuan dirinya. Dia tidak merasa bangga karena merasa
amalannya tidak sempurna. Karena itu ia mengharapkan belas kasihan dari Allah
agar menerima amalannya.
7. Kalau Allah menentukan satu peristiwa terjadi pada
dirinya, hatinya akan redha dengan apa yang terjadi tanpa kesal dan
keluh-kesah. Dia sadar dirinya yang rendah layak menerima apa pun takdir Allah.
8. Setiap kali melihat pemandangan alam yang indah, hati
segera merasakan kebesaran Allah.
9. Kalau dia mendapat kejayaan atau nikmat, hatinya
segera merasakan bahwa itu adalah pemberian dari Allah bukan kemampuan sendiri.
Karena itu dia merasa takut pada Allah, karena menyalahgunakan atau kurang
mensyukuri nikmat yang diperoleh.
10. Kalau dia menderita kemiskinan atau tidak memperoleh
nikmat, hatinya terasa tentram karena dia merasa bebas dari tanggungjawab untuk
menjaga amanah Allah.
11. Kalau mendapat musibah seperti sakit, hati bisa
merasa tenang karena merasakan bahwa bencana (musibah) adalah kifaraf (balasan)
dosanya. Dia merasa lebih baik dihukum di dunia daripada dihukum di akhirat.
Penderitaan di dunia adalah pengampunan dosa di akhirat.
12. Bila mendapat pujian, hati merasa tidak senang sebab
pujian itu tidak layak baginya dan bisa merusak rasa kehambaannya.
13. Kalau dikeji atau dihina orang, hatinya merasa
kasihan pada orang yang menghinanya dan segera memaafkan orang itu tanpa
diminta. Dia merasa bahwa dosanya telah menyebabkan dia dihukum seperti itu.
Kalau tidak begitu dia tidak akan mendapat pahala dari penghinaan itu. Sebab
itu dia tidak berniat sama sekali untuk membalas perbuatan orang itu.
14. Dia selalu berlapang dada berhadapan dengan aneka
ragam manusia dan kesusahan yang manusia timpakan ke atasnya.
15. Dia tidak bangga dengan nikmat, tidak gelisah dengan
musibah, tidak merasa tenang dengan pujian dan tidak menderita dengan cacian.
Hatinya selalu merasa sebagai hamba yang serba kekurangan dan sangat memerlukan
Allah SWT dalam setiap keadaan.
16. Kalau dia melihat atau mengetahui orang membuat
maksiat, dia bersyukur pada Allah karena dirinya selamat dari maksiat. Sebab
itu dia tidak menghina orang itu bahkan dia merasa kasihan, ingin menolong
dengan memberi nasihat. Bahkan dia tidak menaruh sangka jahat pada orang itu.
Dia menganggap kesalahan itu adalah karena tidak tahu, lupa ataupun tidak sengaja.
17. Ketika berhadapan dengan orang yang memarahinya, dia
tidak ikut marah dan tidak melawan berdebat sekalipun dia benar.
18. Bila berhadapan dengan kepandaian orang lain, dia
akan menerima ilmu atau kebenaran sekalipun dari seorang kanak-kanak. Kalau bermuzakarah
dia tidak memperlihatkan bahwa dirinya pandai sehingga tidak merasa bangga diri
Kalau ada yang memuji orang lain di hadapannya dia tidak sakit hati sebab dia
faham bahwa kuasa hak Allah yang melebihkan dan mengurangkan nikmat pada
hamba-hamba-Nya.
19. Kalau ada orang lain menyelesaikan kerjanya, dia
tidak menggerutu sebab dia merasa dia dibantu.
20. Kalau dia digemari oleh banyak orang, dia tidak
merasa bangga sebaliknya dia bimbang kalau hal itu membuat dirinya riya’.
21. Dia tidak makan seorang diri. Kalau memberi bantuan
pada seseorang, tidak di hadapan orang lain.
22. Beramal dan betul-betul beribadah karena Allah bukan
lagi karena Syurga atau Neraka.