di kalangan umat Islam yang ingin menunaikan kewajiban dan
perintah agama dan lazimnya menjadi persoalan ialah tentang penggabungannya
dengan puasa qadha' ramadhan dan puasa yang perlu didahulukan.
Sering ada yang bertanya atau berdebat manakah yang lebih
baik diantara puasa sunnah syawal dan puasa qadha'? Sedangkan telah terbukti
dari hadits Qudsi yang shahih yang menuntut umat islam mengutamakan dahulu
kewajiban menunaikan puasa ganti terlebih dahulu.
Sabda Rasulullah, Saw. berhubung puasa : "...dan tidaklah hampir kepadaku
seorang hambaKu dengan apa juapun, maka yang lebih kusukai adalah mereka yang
melaksanakan amalan fardhu/wajib keatas mereka, dan senantiasa mereka ingin
menghampirkan diri mereka kepadaKu dengan mengerjakan amalan sunnah sehinggalah
aku kasih kepadanya.." (HR. Bukhari)
Menurut Imam An-Nawawi , Mazhab Maliki, Hanafi, Syafie',
Hambali, Jumhur Salaf dan Khalaf berpendapat:
"Qadha puasa ramadhan bagi mereka yang berbuka karena
uzur, seperti haid dan musafir, maka kewajiban mengqadha' adalah secara
bertangguh tidak disyaratkan qadha' terus apabila boleh melakukannya."
Walaupun waktu bagi puasa qadha' adalah panjang, umat islam
tetap tidak pasti apakah mampu menunaikan sampai waktu tertentu atau ajal
menjelang dahulu.
"seseorang yang mati sebelum mengganti puasa
ramadhannya tetapi sudah berpuasa sunnah syawal akan pasti bermasalah karena ia
dikira masih berhutang kepada Allah, Swt.
Tiada dalil gabungkan puasa sunnah syawal dan qadha' dalam
satu niat.
Menurut Prof. DR. Syeikh Abd. Malik as-Sa'dy (bekas Lajnah
Fatwa Iraq) dan Prof. DR. Mohd 'Uqlah al-Ibrahim (Jordania) mereka berpendapat
:
"bahwa amalan wajib tidak boleh digabungkan dengan
apa-apa amalan wajib atau sunnah lain, karena amalan wajib memerlukan tumpuan
khusus yang tidak berbelah bagi semasa pelaksanaannya dari ia perlu bagi
mengangkat tuntutan kewajibannya.
Selain itu amalan wajib (qadha') memerlukan niat 'jazam'
(tepat dan pasti) maka tindakan menggabungkan ia dengan niat puasa sunnah
mungkin merusakkan kepastiannya.
Puasa Qadha' atau Syawal dulu?
Tidak boleh menggabungkan dan lebih baik mendahulukan yang
wajib (qadha') daripada sunnah (syawal) tetapi menganggap 'rukhsah'
(keringanan) bagi mereka yang mempunyai kesulitan karena usia uzur dan tidak
mampu mengasingkannya.
Selain itu tindakan Aisyah Ra. yang melewatkan qadha' pula
boleh dijadikan hujah bahwa beliau mengasingkan kedua puasa qadha' dan syawal.
Hadits Aisyah, Ra.
"Aku mempunyai kewajiban puasa yang mesti diqadha' dan
tidak mengqadha' melainkan pada bulan sya'ban karena sibuk (melayani)
Rasulullah." (HR. Bukhari Muslim)
Menyegerakan qadha' adalah diutamakan, sebagaimana Firman
Allah, Swt : "Dan bersegeralah kamu ke arah keampunan daripada Allah dan
syurga yang luasnya adalah langit dan bumi yang telah disediakan untuk
orang-orang yang bertaqwa." (Ali Imran : 133)
Ibadah puasa sunnah syawal dan puasa qadha' (wajib) dituntut
dan semestinya dilakukan secara terpisah dalam urusan waktu dan niat. Dalam
qadha' mempunyai waktu yang panjang dan luas karena kewajibannya bertangguh
masa sampai bulan ramadhan tiba. Sementara ibadah puasa syawal bersifat masa
yang sempit yaitu hanya bulan syawal saja dan sesuatu yang bersifat sempit
masanya perlu juga diutamakan berbanding yang lebih luas masanya. Mengenai
pelaksaan puasa syawal boleh dilakukan secara berturut-turut atau
terpisah-pisah waktunya asal masih dibulan syawal.
***
Amalan sunnah merupakan pelengkap kepada kekurangan dalam
amalan fardhu. Sempurnakan dulu qadha (wajib) beberapa hari yang tertinggal
karena kita tidak tahu apakah masih ada umur dan kesehatan yang ada sehingga
kita dapat menunaikannya di waktu mendatang.
Lakukanlah dua ibadah puasa ini (fardhu dan sunnah) secara
berasingan, karena sebagai hamba yang ta'at kepada Allah, Swt. memperbanyak
amalan taqarrub dengan memisahkan diantara yang wajib dengan sunnah lebih
menunjukkan kesungguhan diri mencari keridhaan-Nya.
Wallahu a'lamu bi shawwab..